Jumat, 13 Maret 2009

Meneladani Akhlaq Rasulullah SAW

Langit mendung menggelayuti kota Madinah, sedih dan sendu, seolah ikut berduka bersama-sama dengan sahabat Rasulullah SAW, karena ditinggal oleh kekasihnya, pergi ke rafiqul'ala menghadap Tuhannya, ALLAH SWT. Linangan air mata mengantar kepergiaan Sang Suri Tauladan Muhammad SAW. Sang Manusia Sempurna (insan kamil), sebaik-baik makhluk (khoirul anam). Dalam suasana demikian, mengalirlah dari lisan lugu si Arab Badui menghampiri Saidina Umar bin Khathab ra, "Terangkan kepadaku akhlaq Rasulullah?". Umar pun tak mampu berkata-kata, menggambarkan Sang Idola, Panglima Perang yang juga Polikus ulung, kekasihnya, Muhammad SAW, kecuali linangan air mata. "Pergilah engkau menemui Bilal!" saran Umar kepada Si Badui. Setelah ditemuinya Bilal, seperti halnya Umar bin Khathab, Si Badui hanya mendapatinya ia berlinang air mata sambil berkata, "Temuilah Ali bin Abi Tholib!".

Betapa heran Si Badui, bukanlah Umar bin Khathab adalah shahabat senior atau shahabat utama Nabi Muhammad SAW, demikian juga Bilal bin Rabbah sebagai shahabat setianya. Dengan berharap-harap cemas ditemuinya Ali bin Abi Tholib dan menanyakan bagaimana akhlaq Rasulullah SAW? Ali pun berlinang air mata, malah balik bertanya, "Terangkanlah kepadaku tentang keindahan dunia?" Si Badui pun kesulitan menerangkannya, "Bagaimana aku menerangkan segala keindahan ini ...?" Ali menjawab,"Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, mak bagaimana aku dapat melukiskan akhlaq Muhammad SAW, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung (al Qalam[68]:4)"

Badui lalu menemui Aisyah istri Nabi, dijawabnya "Khuluquhu al Qur'an". Akhlaq Nabi Muhammad adalah Al Qur'an. Badui masih tidak puas, bagaimana bisa ia memahami akhlaq nabi kalau harus menyimak seluruh kandungan Al Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak Qur'an Surat Al Mukminum 1-11.

Kisah di atas menggambarkan betapa, setiap shahabat sangat terkesan dengan Nabi Muhammad SAW, sebuah kegembiraan, kesenangan dan apapun kebahagiaan yang dirasa, yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Bahkan linangan air matalah yang keluar, ketika ingat akan kepribadian dan akhlaq Baginda Rasulullah SAW.

Dahulu, saat ini dan masa yang akan datang wajib bagi kita mengetahui sejarah (siroh) hidup Rasulullah SAW, agar kita mengetahui (ma'rifah) dan berikutnya kita mencintai (mahabbah) untuk kita jadikan keteladanan (uswah hasanah). Betul syair yang menyatakan, "Engkau matahari, Engkau Lautan, Engkau sinar yang menyinari hati." Dengan modal kecintaan kita, mudah-mudahan kita termasuk pada orang yang mengikuti jejak dan langkahnya, sehingga seperti yang difirmankan "Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian" (TQS Ali Imron ayat) . Cinta Allah, adalah ridlo dan ampunan. Demikian juga, semoga kita termasuk golongan yang dekat di sisi Rasulullah di akhirat nanti, karena sabdanya, "Engkau bersama dengan orang yang kalian cintai."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar